Rabu, 02 Maret 2016

(Review Novel) Pecinta Pacar Merah, Jangan Baca Tan!


Judul tulisan saya ini serius. Jika Anda Pecinta Pacar Merah Indonesia, roman politik karya Matu Mona yang mengisahkan petualangan Tan Malaka, sebaiknya jangan baca Tan : Sebuah Novel karya Hendri Teja. Jika nekad, maka Anda akan menerima tamparan kuat melalui aksi-aksi mempermalukan Bapak penggurat konsep Republik Indonesia yang pertama ini. Pada Tan, kelegendarisan Tan Malaka dikoyak-moyak.
Lewat literatur Tan Malaka, baik kumpulan gagasan, analisis kehidupan, sampai fiksi – sekian lama publik disuguhkan heroism perjuangan, misterius jejak langkah, dan tragedi kematiannya. Tiga hal ini yang membentuk Tan Malaka sebagai sosok legendaris di benak publik. Apalagi jika sempat membaca roman Pacar Merah Indonesia, maka kelegendarisan Tan Malaka akan bertambah lewat penisbatkan kelihaian tiada tanding berikut ilmu kesaktian tiada lawan.
Nah! Hal-hal serupa Pacar Merah Indonesia ini tidak ada dalam Tan. Bahkan dalam banyak sisi, Tan seolah-olah memperolok-olok sosok sang Pacar Merah Indonesia. Serius! Tan Malaka dalam Tan, digambarkan sebagai sosok peragu, minder, dan gagap di hadapan wanita. Biar saya tukilkan sedikit isi novel ini :
“Aku tertunduk, kemudian kulihat ada pensil dan buku catatan menyembul dari kantong rompinya. Aku salah mengira. Lelaki itu bukan seorang pejabat penting di sekolah, paling-paling pekerjaannya hanya staf administrasi. Celakanya, aku tetap saja minder, tak dapat berkeras di hadapannya.”